Breaking News
Loading...
Senin, 02 Oktober 2017

BAB I
MORFOLOGI DAN ANATOMI IKAN

1.1 Morfologi Ikan
Morfologi ikan adalah ilmu yang mempelajaribentuk tubuh serta bagian-bagian (ikan) yang terlihat dari luar. Ikan adalah hewan air atau hewan akuatik. Ikan termasuk hewan berdarah dingin atau poikiloterm yang artinya suhu badan ikan tidak tetap tetapi berubah-ubah tergantung dari suhu keadaan luar/lingkungan.

Bagian-bagian Tubuh Ikan
Tubuh ikan tersusun atas tiga bagian yaitu kepala, batang tubuh dan ekor. Tubuh ikan adalah simetri dua (simetri bilateral) artinya terdiri atas dua belahan yang sama, apabila tubuh dibelah dua dari kepala ke ekor dengan arah punggung-perut. Ikan digolongkan ke dalam kelompok hewan vertebrata yaitu hewan yang bertulang belakang. Berikut merupakan gambar seekor ikan dengan bagian-bagian tubuhnya.


Keterangan:


1.         Rima oris (mulut)
2.         Vovea nasalis (cekung hidung)
3.         Organon visus (mata)
4.         Operculum (tutup insang)
5.         Squama (sisik)
6.         Linea lateralis (gurat sisi)
7.         Pectoral fin (sirip dada)
8.         Ventral fin (sirip perut)
9.         Dorsal fin ( sirip punggung)
10.      Anal fin (sirip dubur)
11.      Caudal fin (ekor)
12.      Anal (anus)





Fungsi Bagian-bagian Tubuh Ikan
1.  Rima Oris (mulut)
Mulut ikan digunakan untuk menelan dan untuk memasukkan air dalam pernapasannya.  Air yang mengandung plankton juga mengandung oksigen. Plankton masuk ke dalam lambung dan oksigen diserap ke dalam insang. Mulut ikan bukan merupakan alat pencernaan makanan tetapi hanya merupakan salah satu saluran makanan. Mulut ikan tidak dapat digunakan untuk mengunyah makanan karena rahang atas dan bawah tidak terikat kuat oleh tulang tengkorak. Hal ini menyebabkan mulut ikan dapat membuka selebar-lebarnya sehingga mudah memasukkan makanan ke dalam mulutnya. Di dalam mulut ikan tidak terdapat kelenjar ludah, namun mengeluarkan cairan yang berfungsi untuk melicinkan makanan agar makanan mudah ditelan. Di dalam mulut ikan terdapat gigi yang berfungsi untuk menahan makanan agar tidak terlepas dan untuk memotong makanan/mangsa.

2.  Vovea nasalis (cekung hidung)
Cekung hidung terletak di atas mulut. Hidung ikan tidak berlubang dan bersaluran ke rongga mulut. Hidung ini tidak digunakan untuk bernapas, melainkan untuk alat penciuman yang sangat peka sehingga ikan mampu mencium makanan yang ada di sekitarnya.

3.  Organon visus (mata)
Mata terletak sebelah-menyebelah kepala. Mata ikan relatif terbuka lebar. Bola mata tidak tertutup oleh kelopak mata. Mata berfungsi sebagai alat penglihatan, pada jenis ikan-ikan tertentu mempunyai penglihatan yang sangat tajam namun pada beberapajenis ikan tertentu mata hanya berfungsi untuk membedakan gelap/terang.

4.  Operculum (tutup insang)
Operculum (tutup insang) terletak antara bagian kepala dan batang tubuh. Tutup insang berfungsi melindungi insang dan membantu mekanisme pernapasan. Hal ini dimungkinkan oleh lembaran tipis pada tutup insang yang dapat membuka dan menutup celah insang.

5.  Squama (sisik)
Sisik dan kulit ikan berfungsi sebagai alat perlindungan tubuh dari pengaruh luar. Kulit ikan banyak mengandung kelenjar lendir.

6.  Linea lateralis (gurat sisi)
Gurat sisi terletak pada sisi tubuh ikan, memanjang ke belakang. Di dalam gurat sisi terdapat ujung-ujung saraf neromas. Gurat sisi berfungsi sebagai alat pendeteksi perubahan lingkungan misalnya perubahan suhu dan kadar garam. Ada jenis ikan yang mempunyai gurat sisi berbentuk satu garis ada pula yang berupa garis terputus.

7.  Pectoral fin (sirip dada)
Sirip dada melekat di bawah lengkung bahu tepatnya di belakang kepala. Sirip ini berfungsi untuk gerak maju mundur dan berperan dalam pergerakan membalik dengan cepat.

8.  Ventral fin (sirip perut)
Sirip perut berfungsi untuk gerakan naik turun dalam air dan kadang-kadang untuk gerakan meloncat.

9.  Dorsal fin ( sirip punggung)
Sirip punggung berfungsi sebagai alat keseimbangan dan membantu membelok mendadak. Ikan tertentu dapat sebagai alat perlindungan, misal sebagai alat sengat atau bisa. Sirip punggung terletak pada bagian dorsal ikan memanjang ke belakang. Beberapa jenis ikan memiliki sirip punggung sebanyak 1 (satu) buah dan beberapa jenis yang lain memiliki 2 (dua) buah sirip punggung.

10.   Anal fin (sirip dubur)
Sirip dubur berfungsi sebagai alat keseimbangan (membantu sirip punggung) dan juga untuk membantu proses pengeluaran sisa makanan.

11.   Caudal fin (ekor)
Sirip ekor terletak pada ujung belakang tubuh ikan yang berfungsi sebagai kemudi dan sebagai alat gerak maju (renang).

12.   Anal (anus)
Anus ikan terletak di depan sirip belakang yang berfungsi dalam pengeluaran sisa makanan (feses).



1.2 ANATOMI IKAN


Anatomi ikan adalah ilmu yang mempelajari bentuk dan susunan tubuh ikan. Untuk mengetahui bagian dalam ikan, perlu membuka dinding tubuh ikan. Bedah ikan disebut juga seksi. Ikan diletakkan di atas papan bedah yang berlapis lilin. Pada beberapa tempat difiksasi dengan jarum pentul ke lilin agar ikan tidak bergerak. Dengan hati-hati, daging ikan diiris, dimulai dari depan anus sampai ke belakang insang. Kemudian, dari kedua ujung irisan tersebut, diiris ke arah punggung. Otot dilipat ke atas dan difiksasi dengan jarum pentul. Kini bagian dalam tubuh ikan akan tampak.


Keterangan:


1.    Rongga mulut
2.    Kerongkongan
3.    Duri sirip punggung
4.    Taju duri sirip
5.    Tulang belakang
6.    Rusuk
7.    Rusuk
8.    Jantung
9.    Insang
10. Hati
11. Lambung
12. Usus halus
13. Usus buntu
14. Gonad
15. Ginjal
16. Anus
17. Gelembung renang




1.    Sistem Rangka
 









Gambar. Kerangka Ikan
Keterangan:


1.      Tulang punggung bagian depan
2.      Tulang punggung bagian belakang
3.      Bagian ekor
4.      Taju neralis (neual spine)
5.      Taju hemalis (hemal spine)
6.    Duri-duri sirip punggung
7.    Duri-duri sirip dada
8.    Duri-duri sirip perut
9.    Duri-duri sirip anal



            Pada klas Pisces, berdasarkan asal dan proses terbentuknya tulang ikan dibagi menjadi dua macam yaitu tulang rawan (Elasmobranchi) dan tulang sejati (Teleostei). Masing-masing jenis tulang tersebut tersusun dalam satu sistem rangka dimana berdasarkan fungsinya, rangka pada ikan dibedakan menjadi 3 macam yaitu:
a.   Rangka Axial                                 
Rangka axial meliputi tulang tengkorak, tulang punggung (tulang belakang) dan tulang rusuk. rangka axial berperan dalam memberi bentuk tubuh.
b.   Rangka Visceral                
Rangka visceral meliputi semua bagian tulang lengkung insang dan derivatnya. Rangka visceral merupakan tempat melekatnya otot/daging.
c.   Rangka Appendicular                   
Rangka Appendicular yaitu rangka anggota badan (sirip) dengan pelekatnya. Rangka appendicular berfungsi untuk melindungi tubuh.

            



 









                                                                              
Gambar. Vertebrae (tulang punggung) dari Perca fluviatilis, A dan B merupakan vertebrae bagian badan sedangkan C dan D vertebrae bagian ekor
(Harder, W. 1975)

Keterangan:
a. dorsal spinal process = neurapophysis = neural spine      
b. center or “body” of vertebra                                  
c. prezygapophysis=neural arch                               
e. neural canal
o. centrum
h. hemal canal
t. ventral spinal process = hemapophysis

2.   Sistem Otot
Sistem otot dan rangka pada ikan sangat menentukan dalam pergerakan dan bentuk tubuh. Secara umum sistem otot ikan dibagi menjadi 3 macam yaitu, otot rangka (striated muscle), otot halus (smooth muscle) dan otot jantung (cardiac muscle).
Otot ikan berbentuk bulat-bulat disebut miomer. Otot-otot ini mengelilingi tulang belakang. Antara otot atas dan bawah terdapat selaput yang disebut Horizontal Skeletogenus Septum (H.S.S). Otot bagian atas disebut epaxial sedangkan bagian bawah disebut hypaxial.
         




 











                        A                                                                      B
Gambar. Bagian A menunjukkan irisan melintang, a) bagian ekor, b) bagian ekor dari ikan mas Cyprinus carpio, sedangkan B menunjukkan susunan lembaran daging (myomer) pada ikan Salmo salar, a) irisan melintang, b) pandangan samping.

3.   Sistem Pencernaan
Sebagaimana halnya pada vertebrata yang lain, ikan juga membutuhkan nutrisi untuk pertumbuhan  dan mempertahankan hidupnya. Makanan termasuk ke dalam alat pencernaan melalui mulut. Setiap species mempunyai bentuk dan letak mulut yang bermacam-macam sesuai dengan kebiasaan mencari makanan dan makanannya.
Gigi dan jari-jari tipis insang terletak dalam rongga mulut. Kedua organ tersebut sangat membantu ikan dalam mencerna makanan. Pada jenis ikan carnivora, gigi berperan dalam menyobek dan memotong mangsa. Golongan ikan pemakan plankton, gill filament digunakan sebagai pengumpul/penyaring plankton sebelum akhirnya melewati oesophagus untuk dicerna dalam lambung.
Oesophagus pada ikan merupakan pembuluh yang pendek  sehingga kadang-kadang sulit untuk diamati. Tidak ada proses pencernaan dalam oesophagus, makanan melewati begitu saja menuju lambung. Proses enzimatis terjadi lebih dominan dibanding proses mekanis pada lambung. Hasil pencernaan ini disalurkan ke usus dengan diatur oleh pylorus. Setelah makanan diserap dalam usus akan dikeluarkan melalui anus.
Pada beberapa jenis ikan yang dilengkapi dengan pyloric caeca. Panjang pendeknya usus dipengaruhi oleh kebiasaan makanan. Jenis-jenis ikan Elasmobranchii mempunyai perbedaan usus dengan ikan-ikan Teleostei.

Gambar. Sistem pencernaan pada ikan Teleostei

Gambar. Sistem pencernaan pada ikan Elasmobranchi


           
Gambar. Sistem pencernaan pada ikan Teleostei
Keterangan:


  1. Kerongkongan
  2. Lambung
  3. Hati
  4. Kandung empedu
  5. Kelenjar pankreas
  6. Limpa
  7. Usus
  8. Anus
  9. Gelembung renang



4.   Sistem Peredaran Darah
Pada  ikan, sistem peredaran darahnya sangat sederhana dibandingkan vertebrata lainnya. Alat peredaran darah yang penting pada ikan adalah jantung (sebagai pemompa darah) dan pembuluh darah (sebagai pipa penyalur darah). Jantung ikan terletak antara  kepala dengan badan sebelah bawah.
Bagian jantung paling bawah disebut sinus venosus sebagai ruang penerima darah dari seluruh tubuh. Selanjutnya disebut atrium, berbanding lebih tebal dari sinus venosus. Bagian depan atrium mempunyai katup untuk mencegah agar darah yang keluar dari ruang tersebut tidak kembali. Ventricle merupakan ruang di depan atrium yang mempunyai dinding paling tebal dan selalu berdenyut memompa darah ke seluruh tubuh, bagian ini juga dilengkapi katup pada bagian depannya.
Menurut besarnya, pembuluh darah ikan dibagi 2 (dua) golongan yaitu:
a)  Pembuluh darah vena utama dan pembuluh darah arteri.
b)  Pembuluh darah cabang yaitu pembuluh darah yang menyalurkan darah dari jantung ke kulit, otot, otak, saluran pencernaan dan sebagainya.
Peredaran darah ikan dikatakan sebagai peredaran darah tunggal karena dalam 1 (satu) kali peredarannya, darah ikan hanya 1 (satu) kali melewati jantung.


Gambar. Jantung dari ikan Perca fluviatilis dari pandangan samping










Gambar. Jantung Ikan
Keterangan:
1.    Sinus venosus
2.    Atrium (serambi)
3.    Ventricle (bilik)
4.    Truncus arterious (bonggol arteri)
5.    Lengkung insang
6.    Nadi punggung



5.   Sistem Urogenital
Sistem urogenetalia merupakan gabungan dari sistem ekskresi (urinaria) dengan sistem genetalia. Sistem urinaria terdiri dari sepasang ginjal yang terletak di sebelah dorsal rongga perut di bawah vertebrae berikut saluran-salurannya. Ginjal dapat berupa pronephros yang berhubungan dengan rongga abdomen, sedangkan mesonephros yang tidak berhubungan rongga abdomen merupakan salah satu alat pengeluaran hasil metabolisme. Saluran dari ginjal adalah ureter yang masing-masing terletak di sisi rongga abdomen sebelah dorsal menuju posterior, bertemu di kantong urine sebelum dikeluarkan  melalui urethra  di porus urogenetalia.
Sistem genital jantan terdari dari sepasang testis yang terletak di sebelah ventral vesica natatoria, vasa efferent di dekat oesophagus yang mengalirkan sperma, sinus urogenital untuk mengalirkan sperma dan ductus spermaticus yang membesar di belakangnya, yang bersatu pada vesica seminalis sebagai kantung penyimpan sperma, sinus urogenetalia untuk mengeluarkan sperma melalui porus urogenetalia.
Selain genital betina pada ikan Teleostei terdiri dari sepasang ovarium yang terletak sebelah ventral oviduct atau saluran telur yang ujungnya bersatu, berakhir pada porus urogenetalia. Pada ikan elasmobranchi, ovarium tunggal, oviduct terletak kira-kira sekitar oesophagus, dan ujung oviduct menyempit, terdapat uterus, tempat penyimpanan telur yang sudah dibuahi.
Keterangan:
1. Testicular tissue
2. Ovary
3. Sperm duct
4. Oviduct
5. Ostium tubae
6. Uterus
7. Albumin and shell-gland of oviduct
8. Seminal vesicle
9. Mesorchium
10. Mesovarium
11. Ampullae of testis
12. Central canal of testis/rate testis
13. Vasa efferentia
14. Longitudinal sperm duct
16. Pronephros
17. Pars sexualis of opisthonephros
18. Pars renalis of opisthonephros
20. Ureter

Gambar. Diagram hubungan antara ginjal dan gonad pada ikan Elasmobranchi, sebelah kiri betina dan sebelah kanan jantan











Gambar. Kelenjar kelamin dan kelenjar ekskresi
Keterangan:
1.     Ginjal
2.     Ovarium
3.     Saluran telur (oviduct)
4.     Kelenjar kelamin jantan
5.     Ureter
6.     Kandung kencing


6.      Sistem Syaraf
Syaraf merupakan organ yang paling tinggi spesialisasinya  dibanding organ lain. Pada ikan masih embrio, organ yang pertama kali berkembang secara sempurna adalah otak. Otak ikan dewasa lunak, berwarna  putih keabu-abuan dan dilindungi oleh tulang tengkorak yang keras dan kuat. Secara garis besar otak dibedakan menjadi 5 bagian, yaitu:
-    Procencephalon (bagian muka)                      -----------          Telencephalon
                                                                                    -----------          Diencephalon
-       Mesencephalon (bagian tengah)
-       Rhombencephalon (bagian belakang)           -----------          Lencephalon
-----------          Myelencephalon
            Organ syaraf pada golongan ikan bertulang rawan (Elasmobranchi) berbeda dengan golongan ikan bertulang sejati (Teleostei). Pada ikan hiu, bagian lobus olfactorius lebih besar dibandingkan dengan lobus opticusnya demikian sebaliknya pada jenis ikan Teleostei. Hal inilah yang menyebabkan bahwa indra pembau ikan hiu lebih peka dibandingkan dengan indra penglihatannya
 
             A                                                                                 B
Gambar. Pomotongan membujur dari otak ikan, A: Elasmobranchi dan B: Teleostei
Keterangan:
1.    Bulbus olfactorius                               9. Plica ventralis
2.    Hemisphere of telencephalon            11. Saccus vasculosus
3.    Epiphysis                                            12. Hypophysis
4.    Roof of mesencephalon                     13. Infundibulum
5.    Metencephalon                                   14. Chiasma of optic nerve
6.    Valvula cerebelli                                  15. Diencephalon
7.    Roof of myelencephalon                    16. Basal ganglion and pallium of  
                                                                 teleostei
8.    Lobus impar                                         21. Commissura rostraliss








BAB II
Identifikasi dan Klasifikasi Ikan

2.1   Identifikasi Ikan
Identifikasi berasal dari kata “to identity” (Inggris), yang artinya kurang lebih memberikan gambaran tentang identitas suatu hal atau dapat pula diartikan menerangkan identitas tentang suatu jasad. Identifikasi dimaksudkan sebagai suatu usaha manusia untuk mempelajari, meneliti menguraikan dan menganalisa identitas dari seekor ikan sehingga dengan demikian dapat menentukan sifat atau ciri-ciri ikan tersebut dan pada akhirnya menentukan nama ilmiah dari ikan yang diidentifikasi tersebut.
Identifikasi dilakukan berdasarkan sifat meristik, seperti jumlah jari-jari sirip, jumlah sisik atau jumlah vertebrae dan sebagainya. Sifat morfometrik, yaitu ukuran atau perbandingan ukuran bagian-bagian tubuh. Dari sifat meristik dan morfometrik yang diperoleh didapat keterangan-keterangan yang penting untuk mengenal nama jenis dan klasifikasi ikan contoh dengan menyesuaikan keterangan sifat yang diperoleh dengan sifat-sifat yang dijelaskan dalam buku-buku identifikasi ikan.
Untuk mempermudah penentuan jenis dan klasifikasi digunakan beberapa istilah dari sifat-sifat meristik dan morfometrik yang seragam sebagai berikut:
a.    Sirip
Pada pokoknya bentuk sirip ikan ada dua macam yakni sirip tunggal seperti sirip ekor, sirip punggung dan sirip dubur, serta sirip berpasangan seperti sirip dada dan sirip perut. Berdasarkan letaknya sirip ikan diberi nama  dan dilambangkan dengan huruf awal dari mana sirip tersebut. Misalnya, P (sirip pectoral = sirip dada), A (sirip anal = sirip dubur).

b.    Jari-Jari Sirip
Jari-jari sirip ikan terdiri dari 3 jenis yang dapat dilihat secara visual dengan menggunakan loupe atau mikroskop, yakni:
-     Jari-jari keras, berbentuk seperti duri, tajam keras, tidak berkuku, tidak beruas dan pejal. Dalam penulisan jumlahnya dinyatakan dengan angka romawi besar.
-     Jari-jari lunak dari aspek lateral terlihat ada sebagian vertikal-simetris, berbentuk seperti tulang rawan, dapat dibengkokkan, berbuku-buku, beruas-ruas. Dalam penulisan jumlahnya dinyatakan dengan angka arab atau angka biasa.
-     Jari-jari lunak mengeras, berbentuk lateral seperti duri yang sisi posterior atasnya bergigi halus, bentuk frontal terdiri dari 2 bagian vertikal, simetris. Tidak keras, tidak bercabang serta beruas-ruas. Dalam penulisan jumlahnya dinyatakan dengan angka romawi kecil.
            Rumus sirip yaitu suatu rumus yang menggambarkan bentuk-bentuk dan jumlah serta bentuk jari-jari sirip. Menghitung jari-jari sirip yang berpasangan dilakukan rumus pada sirip yang terletak pada sisi sebelah kiri. Cara penulisan rumus sirip adalah:
-     Tulis lambang dari sirip yang dimaksud, misal D
-     Tulis jumlah jari-jari sirip yang terdapat, berturut-turut jari-jari keras, lunak mengeras, dan lunak di belakangnya   sesuai dengan aturan penulisan. Contoh: D IV.iii.7.
-     Jika dari sejumlah sampel ikan jumlah jari-jari sirip bervariasi, dapat ditulis jumlah paling sedikit dan paling banyak. Contoh: D III-IV.iii - iv. 9 - 10.
-     Jika jenis ikan tersebut memiliki 2 sirip dorsal dapat ditulis;D1 VI.ii.D2i. 8-10.

c.    Garis Rusuk Lateral dan Garis Rusuk Tranversal (linea lateralis dan linea tranversalis)
Pada sisi lateral ikan terlihat adanya satu atau lebih garis memanjang, melengkung ke atas atau ke bawah, lengkap atau terputus, yang dibentuk oleh barisan sisik berpori dan dikenal sebagai linea lateralis (ditulis L1 atau LL).
Perhitungan sisik pada linea lateralis ini dimulai dari ujung anterior tutup insang terbelakang dan berakhir pada bagian caudal peduncle atau pangkal batang ekor. Jika ada lebih dari satu linea lateralis  maka yang dihitung adalah yang terletak di tengah, seandainya linea lateralis tidak jelas atau tidak ada maka dihitung jumlah sisik ditempat biasanya garis rusuk itu berada. Jumlahnya ditulis dengan angka arab (angka biasa). Contoh penulisannya:
LL30-32 (LL terdiri dari 30 - 32 sisik)
LL 18-20; 12 -14 (jika LL terputus) berarti LL terdiri dari 18 - 20 sisik berpori di bagian anterior dan sebanyak 12-14 sisik berpori di bagian posterior yang terputus dengan bagian anteriornya.
Selain linea lateralis, sifat lain yang penting adalah garis rusuk tranversalis (ditulis Ltr) yang menunjukkan jumlah barisan sisik yang terletak dibagian dorsal ventral (atas-bawah) linea lateralis. Menurut Weber da de Beaufort Ltr dihitung dengan cara menarik sebuah garis lurus  searah miringnya barisan sisik vertikal mulai dari anterior dasar sirip dorsal ke arah ventral hingga perut. Apabila garis ini mulai dasar sirip perut maka jumlah sisik Ltr di bawah sisik berpori dihitung dengan menarik garis lurus dari anterior dasar sirip dubur ke arah dorsal. Sisik dibagian dorsal ataupun ventral biasanya mencakup kedua sisi tubuh, sehingga dalam penulisan bagian ini dianggap mempunyai 0,5 sisik. Contoh: Ltr 4,5. 1. 5,5 artinya linea tranversalis terdiri dari 4,5 buah sisik dorsal-tranversal (antara bagian dorsal sampai titik berpori), 1 buah sisik berpori dan 5,5 buah sisik ventral-tranversal (barisan sisik antara sisik berpori sampai bagian ventral).

d.    Sifat Morfometrik
Menunjukkan ukuran perbandingan dari ukuran bagian-bagian tubuh, yang bersifat karakteristik. Bagian tubuh yang diukur yaitu:
1. TL (total length)                   : panjang total tubuh, jarak antara bagian teranterior kepala  
                                                 sampai bagian terposterior dari caudal.
2. FL (Forket Lenght)              : jarak antara bagian teranterior kepala dengan lekukan ekor
                                                 (bila caudal ikan tersebut forked).
3. SL (Standart Length)          : jarak antara bagian teranterior kepala dengan pangkal ekor
                                                 (batas terakhir ekor dapat digerakkan).
4. PreDL (pre Dorsal Length) : jarak antara bagian teranterior kepala sampai bagian
                                                 anterior dasar sisrip dorsal.
5. OrbL (Orbital Length)          : jarak antara kedua bagian terluar kelopak mata.
6. EyeL (Eye Length)              : garis tengah dari rongga mata.
7. CPedL (Caudal Peduncle L) : jarak antara pangkal ekor dengan bagian terposterior
                                                    dasar sirip anal.
8. Panjang Rahang Atas         : panjang bagian atas rahang ikan.
9. Panjang rahang Bawah      : panjang bagian bawah rahang ikan.
10. HdL (Head Length)           : jarak antara bagian teranteroir kepala dengan bagian
                                                 terposterior operculum.
11. Sntl (Snout Length)           : jarak antara bagian teranterior kepala dengan bagian
                                                 teranterior kolopak mata.
12. Post Orbital Length           : jarak antara bagian kelopak mata terposterior dengan
                                                 bagian operculum terposterior.
13. Tinggi Kepala                    : jarak terbesar antara dorsal dan ventral bagian kepala.
14. Tinggi Badan                     : jarak terbesar antara dorsal dan ventral bagian tubuh ikan.
15. Tinggi pipi                          : jarak antara rongga mata dengan bagian teranterior
                                                 operculum.
16. Tinggi Bawah Mata           : jarak antara kolopak mata bawah dengan rahang bawah.
17. Tinggi kepala/Badab         : jarak terbesar penampang ikan pada bagian kepala/badan.
18. Panjang Dasra Sirip D/A   : jarak antara pangkal jari-jari pertama dan tempat selaput
                                                 sirip di belakang jari-jari terakhir bertemu dengan badan.
                                                 Jarak ini diukur mulai dasar sirip.
19. Tinggi Sirip D/A                 : panjang terbesar menurut arah jari-jari sirip dari pangkal 
                                                 ke ujung sirip.
20. Panjang Sirip P/V              : panjang terbesar menurut arah jari-jari sirip dari ujung
                                                 sampai pangkal.

     
     
                Gambar. Pengukuran morfometrik dalam identifikasi ikan

e.    Bentuk Tubuh
Ikan tergolong hewan nektonik, dimana pergerakannya tidak tergantung arus sebagaimana yang terjadi pada hewan-hewan plantonik. Penyesuaian terhadap lingkungan hidupnya sangat jelas terlihat dari bentuk tubuhnya. Secara umum bentuk tubuh ikan dapat dibedakan menjadi lima macam, yaitu: compressed, depressed, truncated, attenuated dan torpedo (Gambar). Beradasarkan bentuk tubuh, kita dapat memperhatikan habitat, jenis makanan dan kebiasaan hidupnya. Ikan-ikan perenang cepat biasanya mempunyai bentuk tubuh torpedo, misalnya tuna (Thunnus spp).
      









                  Gambar. Macam-macam bentuk tubuh ikan
(A) dan (B) predator aktif, (C) predator tak aktif, (D) ikan pelagis, (E) ikan demersal, (F) ikan perekat di dasar, (G) flatfish, (H) ikan berekor panjang, (I)ikan beebadan bulat,
(J) ikan seperti belut

f.     Gigi
Gigi merupakan alat bantu pencernaan secara mekanis. Tipe gigi sangat menentukan kebiasaan makan (feeding habits) dan kebiasaan makanan (food habits) pada ikan.  Ikan yang mempunyai tipe gigi canine biasanya merupakan jenis ikan predator/pemangsa dan memakan daging (misalnya Psettodes erumei).
Banyak dari para ilmuwan membagi tipe gigi pada ikan. Menurut May dan Maxwell (1986) dalam Kottelat et al., (1993), tipe gigi pada ikan dibedakan menjadi 6 yaitu (a) tricuspid, (b) conical, (c) canine, (d) incisor, (e) viliform dan (f) molariform (Gambar). Selain ke enam tipe gigi tersebut di atas pada beberapa ikan dilengkapi dengan gigi tambahan di antaranya gigi langit-langit (palatine teeth), gigi pharinx (pharingeal teeth) dan gigi vomer. Pada jenis ikan-ikan tertentu memiliki lebih dari satu tipe gigi.

             








      Gambar. Enam tipe gigi menurut May dan Maxwell (1986)
(Kottelat, M., A. J. Whitten., S. N. Kartikasari dan S. Wirjoatmodjo)

g.    Ekor Ikan
Bentuk-bentuk ekor ikan ditentukan oleh beberapa ruas tulang punggung yang paling belakang. Bentuk dasar ekor ikan terdiri dari empat macam, sedangkan bentuk-bentuk ekor yang lain sangat banyak jumlahnya yang merupakan variasi dari bentuk dasar. Bentuk ekor ikan sebagai berikut:
1.   Protocercal
            Bentuk ekor runcing dan simetri antara bagian atas dan bawahnya. Ruas-ruas tulang punggung tidak mendapat perubahan bentuk, ruas terakhir mencapai ujung ekor.
2.   Diphycercal
            Bentuk ekor sama dengan protocercal, hanya saja ruas terakhir tulang punggung tidak mencapai ujung ekor.
3.   Heterocercal
            Bentuk ekor tidak simetri dimana bagian atas ujung ekor malengkung ke atas dan disokong oleh ruas tulang punggung, bagian bawah ujung ekor lebih pendek dan hanya disokong oleh beberapa jari-jari sirip ekor.
4.   Homocercal
            Bentuk ekor simetri, dimana bagian atas sama dengan bagian bawah dan disokong oleh jari-jari sirip ekor. Beberapa ruas tulang punggung terakhir mengalami perubahan bentuk dan terdapat beberapa tulang tambahan.




h.    Sisik Ikan
Sisik merupakan kepingan tulang yang tipis, kuat dan melekat/menempel pada kulit (dermis). Sisik disebut juga sebagai kerangka dermis. Menurut bentuk dan matrial (bahan) yang terkandung di dalamnya ada lima macam sisik yaitu:
1.   Sisik Cosmoid
            Lapisan luar dari sisik ini dilapisi semacam enamel yang dinamakan ficrodentino dan lapisan di dalamnya dinamakan cosmino. Di bawah lapisan cosmino terdapat lapisan yang disebut dengan isopedine yang materialnya terdiri dari substansi tulang. Di dalam isopedine terdapat banyak pembulu. Sisik semacam ini sudah jarang didapat karena hanya dipunyai oleh jenis ikan-ikan purba.
2.   Sisik Ganoid
            Sisik ini berbentuk segi empat (belah ketupat) dimana bagian luarnya dilapisi genoine. Letaknya sedemikian rupa sehingga seolah-olah menempel pada epidermis, contohnya terdapat pada ikan pari.
3.   Sisik Placoid
            Bentuknya seperti duri, ada yang bulat, ada yang bujur sangkar. Bagian luarnya dilapisi enamel yang membungkus lapisan dentine. Di dalam lapisan dentine terdapat saluran kecil (canaliculi).
     Sisik ini tersusun merebah kebelakang pada permukaan tubuh, sehingga bila diraba dari depan ke belakang terasa halus dan sebaliknya bila diraba dari belakang ke depan akan terasa kasar. Sisik placoid ini terdapat pada ikan cucut (Hemi galeus).
4.   Sisik Cycloid
            Sisik ini berbentuk agak bulat, tipis/pipih dan transparan, pada bagian belakang terdapat tanda lingkaran dan tepinya halus. Sisik ini pada permukaan tubuh ikan tersusun seperti susunan genteng.
Sisik cycloid terdapat pada ikan yang bertulang sejati (Teleostei) yang mempunyai jari-jari sirip lemah. Contoh ikan yang terdapat sisik cycloid adalah ikan mas dan ikan tambakan.
5.   Sisik Stenoid
            Sisik stenoid berbentuk segi empat/hampir sama dengan sisik cycloid, akan tetapi di bagian belakang sisik ini berduri (Steneai).  Susunan sisik pada permukaan tubuh ikan sama dengan sisik cycloid.
     Sisik stenoid umumnya terdapat pada ikan bertulang keras yang mempunyai jari-jari sirip keras. Contoh ikan yang bersisik stenoid adalah ikan layang (Decapterus Sp.)
     Sisik ikan berfungsi sebagai alat untuk melindungi tubuh dari pengaruh luar, akan tetapi tidak semua ikan mempunyai sisik, yaitu ikan sidat, patin, lele dan belut. Ikan yang tidak bebrsisik, tubuhnya dilapisi dengan lendir yang tebal. Lendir ikan ini semacam zat glucoprotein yang bernama mucin, yang dikeluarkan oleh lapisan epidermis. Apabila zat ini bersentuhan dengan air maka akan berubah menjadi ledir 

2.2          Klasifikasi Ikan
Untuk mempelajari secara keseluruhan makhluk hidup di muka bumi diperlukan pengertian tentang klasifikasi. Klasifikasi tidak hanya menempatkan makhluk hidup (organisme) pada kelompok-kelompok atau kelas-kelas tertentu saja, tetapi juga menempatkan menurut aturan tertentu. Penyusunan dilakukan secara teratur dari yang sederhana ke yang komplek, dari yang derajat rendah ke semakin tinggi, sehingga klasifikasi juga disebut sistematika (systematic).
Nama Lokal (local names) yaitu pemberian nama tumbuhan atau binatang pada suatu tempat. Pemberian nama yang lain yang diperlukan dalam bidang ilmu biologi disebut nama ilmiah (scientific names) yang disebut sistem binomial. Pertama kali yang menggunakan adalah Carolus Linnaeus (1707-1778). Beliau adalah orang Swedia yang memiliki nama asli Carl Von Linne dan dalam Bahasa latin menjadi carolus Linnaeus. Sistem binomial ini juga dikenal dengan sistem Linnaeus.
Sistem binomial adalah cara dalam memberi nama-nama kepada species tumbuhan atau binatang tertentu. Tiap nama terdiri dari 2 (dua) kata. Kata pertama merupakan nama genus yang penulisannya diawali dengan huruf besar, sedang kata kedua menunjukkan nama species yang penulisannya diawali dengan huruf kecil, contonya Chanos chanos (bandeng), Mugil cephalus (belanak), Cyprinus carpio (ikan mas) dan Macrobranchium rosenbergii (udang galah).
Dalam kondisi species masih terbagi lagi menjadi sub species maka nama menjadi 3 (tiga) suku kata yang disebut trimonial. Dalam penulisan nama ilmiah, apabila semua tertulis tegak, maka pada nama ilmiah harus digaris bawah. Namun apabila dapat ditulis condong/miring tapa garis bawah.
Dengan diterimanya teori evolusi, ahli botani dan ahli zoologi mencoba membuat sistem klasifikasi berdasarkan hubungan kekeluargaan dan menempatkan organisme dalam kelompok tunggal yang mempunyai hubungan dalam asal-usul evolusinya. Sehingga dengan demikian klasifikasi juga disebut taksonomi (taxonomy). Klasifikasi modern dari organisme adalah serupa dengan salah satu dasar Linnaeus, pada logika persamaan struktur.
Unit dasar klasifikasi untuk tumbuhan dan binatang adalah species. Species didefinisikan sebagai populasi individu yang sama, seperti mempunyai struktur dan fungsi yang karakteristik, bekerjasama dalam pembawaan keturunan dan mempunyai nenek moyang yang sama.
Beberapa spesies sekeluarga dikelompokkan bersama-sama pada unit takson yang lebih tinggi yaitu genus. Genus sekeluarga membentuk familia, beberapa familia membentuk ordo, beberapa ordomembentuk klas, beberapa klas membentuk phylum. Phylum biasanya digunakan untuk binatang sedangkan untuk tumbuhan disebut Divisio. Tingkatan takson tertinggi adalah kerajaan/kingdom.



BAB III
Food Habits dan Feeding Habit

3.1   Food Habits
Maksud mempelajari tabiat makanan ikan (food habits) ialah menentukan gizi alamiah ikan itu. Dengan mengetahui tabiat makanan ikan dapat dilihat antar hubungan ekologi di antara organisme di perairan itu. Misalnya bentuk-bentuk pemangsaan, saingan dan rantai makanan. Jadi, makanan dapat merupakan faktor yang menentukan bagi populasi, pertumbuhan dan kondisi ikan. Sedangkan macam makanan satu species ikan biasanya bergantung kepada umur, tempat dan waktu.
Satu species ikan yang ketika diambil contoh makanannya dapat saja berbeda dengan waktu yang lain walaupun pengambilannya dilakukan pada tempat yang sama. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh perubahan suasana lingkungannya. Makanan ikan pada suatu tempat di musim panas akan berbeda dengan makanan ikan di tempat yang sama pada musim dingin. Demikian pula ikan yang sama speciesnya tetapi berbeda umurnya dapat saja berbeda makanannya. Jadi perubahan makanan suatu species ikan adalah hal yang wajar.
Dasar dari studi tabiat makanan ialah mempelajari isi dari alat pencernaan makanannya. Hasil dari studi ini dapat diketahui apakah ikan itu sebagai pemakan plankton, ikan buas, bentuk makanan pokoknya serta kesukaan yang lainnya.
Pencernaan makanan adalah proses pengolahan makanan melalui mekanisme fisik dan kimiawi sehingga makanan menjadi bahan yang mudah diserap dan diedarkan keseluruh tubuh melalui melalui sistem peredaran darah.
Pencernaan secara fisik dimulai di rongga mulut, sedangkan pencernaan kimiawi dimulai di bagian belakang. Pencernaan ini selanjutnya disempurnakan di usus.
Nilai kecernaan suatu bahan makan pada ikan menggambarkan kemampuan ikan dalam mencerna suatu  makanan dan  kualitas makanan yang dikosumsi oleh ikan. Tingkat kecernaan adalah banyak zat pakan yang dapat diserap  di dalam pencernaan ikan  dari pakan yang diberikan. Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kecernaan antara lain adalah komposisi makanan, protein, lemak, penyimpanan makanan, jenis hewan atau ikan serta jumlah makanan.
Aktivitas makan pada ikan berhubungan erat dengan selera makan yang akan menentukan jumlah pakan yang dimakan. Dalam proses pencernaan, tidak semua pakan yang dimakan dapat dicerna dengan baik sebab pada kenyataannya selalu ada bagian yang tidak dapat dicerna. Bagian tersebut akan dikeluarkan dari tubuh ikan dalam bentuk feses.
Beberapa metode yang dapat dipakai untuk mempelajari tabiat makanan ikan, meliputi penentuan secara kualitatif dan kuantitatif adalah sebagai berikut:
1.    Metode jumlah
Menjumlah semua organisme yang ada dalam alat pencernaan, kemudian dibandingkan satu di antara yang lain.
2.    Metode frekuensi kejadian
Secara prinsip sama dengan metode jumlah, namun ikan yang perutnya kosong juga diperhitungkan dan dinyatakan dalam persen.
3.    Metode perkiraan tumpukan dengan persen
isi alat pencernaan ikan diukur dahulu dengan menggunakan teknik pemindahan air.
4.    Metode volumetrik
Perhitungan jenis makanan berdasarkan volume makanan ikan yang berada di alat pencernaan.
5.    Metode gravimetrik
Penentuan berdasarkan berat dari masing-masing organisme.
6.    Penentuan indeks relatif penting (IRP)
Untuk mengevaluasi hubungan bermacam-macam makanan yang telah dimakan ikan dengan menggabungkan metode jumlah, volumetrik dan frekuensi kejadian.
7.    Penentuan indeks Preponderance
Untuk mengevaluasi hubungan bermacam-macam makanan yang telah dimakan ikan dengan menggabungkan metode frekuensi kejadian dan volumetrik.
8.    Penentuan indeks pilihan
Mengetahui kebiasaan makanan ikan berdasarkan pemilihan makanan oleh ikan pemangsa.
9.    Sampling dasar perairan
Mempelajari kebiasaan makanan suatu species ikan dengan data organisme yang hidup di dasar perairan yang mungkin menjadi makanan ikan tersebut baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif.
10.  Teknik menghitung plankton
Mempelajari kebiasaan makanan ikan dengan menghitung plankton yang berasal dari dalam perairan.

3.2   Feeding Habits
Kebiasaan makan (feeding habits) suatu jenis ikan mencakup dua hal, yaitu jenis-jenis makanan dan cara makan dari ikan terkait. Pemahaman mengenai feeding habits memiliki arti penting untuk memberikan jenis makanan yang cocok dan disukai ikan sehingga makanan tersebut dapat termakan.
Pengetahuan mengenai jenis-jenis makanan ikan sangat penting karena dengan pengetahuan ini dapat dibuat makanan yang sesuai dengan sifat-sifat alami ikan yang bersangkutan. Secara alami, makanan ikan dapat dibedakan menjadi 5 macam golongan yaitu makanan nabati, makanan hewani, makanan campuran nabati dan hewani, plankton serta detritus.
1.    Makanan Nabati
Makanan nabati adalah makanan yang berupa bahan tumbuh-tumbuhan berukuran besar (makroskopik) yang mudah dilihat secara kasat mata. Ikan yang makanannya berupa bahan-bahan nabati ini disebut ikan herbivora atau ikan vegetaris.
Beberapa contoh jenis-jenis ikan herbivora atau vegetaris antara lain tawes (Puntius javanicus), sepat siam (Trichogaster pectoralis), bandeng (Chanos chanos), gurami besar (Osphronemus gouramy) dan baronang (Siganus javus).

2.    Makanan Hewani
Makanan hewani adalah makanan yang berasal dari bagian-bagian hewan makroskopik atau makanan yang berdaging. Ikan-ikan yang makan bahan hewani dinamakan ikan karnivora atau ikan pemakan daging. Kelompok ikan tersebut sering juga dinamakan ikan buas.
Beberapa contoh ikan karnivora antara lain gabus (Ophiocepahalus striatus), betutu (Oxyeleotris marmorata), sidat (Anguilla spp.), oskar (Astronotus ocellatus), kerapu (Epinephelus sp.), belut sawah (Monopterus albus), kakap putih (Lates calcarifer).

3.    Makanan Campuran
Makanan campuran adalah makanan yang terdiri dari bahan nabati dan hewani. Ikan yang suka menyantap makanan campuran disebut ikan omnivora (ikan pemakan segala atau pemakan campuran). Beberapa contoh ikan omnivora antara lain ikan mas tombro (Cyprinus caprio) , maskoki (Carassius auratus), mujair (Tillapia mossambica) dan lele (Clarias batrachus).

4.    Plankton
Plankton adalah organisme yang hidup melayang-layang di dalam air, gerakannya pasif, dan hanya mengikuti arah arus karena tidak mampu untuk melawan gerakan air. Secara biologis plankton terdiri dari dua macam golongan, yaitu plankton nabati atau plankton tumbuh-tumbuhan (fitoplankton) dan plankton hewani atau plankton binatang (zooplankton). Ikan yang makanan utamanya plankton disebut pemakan plankton atau plankton feeder. Beberapa contoh ikan pemakan plankton antara lain tambakan (Helostoma temminckii) dan ikan layang (Decapterus russeli).

5.    Detritus
Detritus adalah kumpulan bahan organik yang telah hancur dan terdapat di dalam air. Jika di darat, hancuran bahan organik berasal dari tumbuh-tunbuhan maupun dari hewan, seperti alga, bakteri, cendawan, protozoa, kotoran hewan, kotoran manusia, limbah industri dan limbah pertanian. Ikan yang suka makan detritus disebut pemakan detritus (detritus feeder). Contoh ikan pemakan detritus antara lain belanak (Mugil cephalus). Belanak suka mengambil hancuran lumut sutra (Chaetomorpha) dan lumut perut ayam (Enteromorpha) yang terdapat di dasar perairan.

CARA MAKAN
Ikan mempunyai cara makan tersendiri dalam memakan makanannya. Cara makan ikan antara lain:
1.   Ikan penggerogot (grazer)
Ikan penggerogot adalah ikan yang mengambil makanan dengan cara memunguti sedikit demi sedikit secara berkelompok maupun satu per satu. Contoh ikan penggerogot yang mengambil makanan secara berkelompok adalah nilem yang terlihat saat menggerogoti periphyton (jasad-jasad penempel) pada daun-daun tanaman air. Contoh lain pada mujair yang dapat dilihat saat menggerogoti lumut-lumutan yang tumbuh di batang-batang tanaman air. Contoh ikan penggerogot yang mengambil makan secara satu per satu adalah ikan sepat siam. Ikan ini biasanya memunguti jasad-jasad penempel di sela-sela dedaunan tanaman air.

2.   Ikan pemangsa (predator)
Ikan-ikan buas pada umumnya dapat digolongkan sebagai pemangsa atau predator. Mangsa ikan predator adalah hewan-hewan makroskopik yang ukurannya hampir sama dengan lubang mulunya. Sebagai alat pemakannya, di dalam mulut ikan buas terdapat  gigi-gigi yang tajam dan kuat. Gigi-gigi tersebut berfungsi untuk menahan dan memegang mangsa, bukan untuk mengunyah mangsa. Beberapa contoh ikan predator antara lain alu-alu (Sphyraena jello), layur (Trichiurus savala), cakalang (Katsuwonus pelamis), dan ikan tuna mandidihang(Thunus albacores)

3.   Ikan penyaring (strainer)
Ikan penyaring adalah ikan-ikan yang mengambil makanannya dengan cara menyeser dengan mulutnya yang terbuka sambil tetap bergerak maju. Ikan pemakan plankton termasuk sebagai ikan penyaring. Dengan membuka mulutnya sambil berenang, plankton akan tersaring masuk ke dalam rongga mulut. Ketika mulutnya dikatupkan, air akan keluar lewat celah insang, sedangkan plankton akan tertahan oleh tulang tapis insang yang termodifikasi untuk ditelan masuk kerongkongan. Contoh ikan penyaring adalah ikan kacangan (Hemiramphusfar) dan ikan kembung jantan (Restralliger kannagurta).

4.   Ikan penghisap (sucker)
Ikan penghisap adalah ikan-ikan yang cara mengambil makanannya dengan jalan menghisap lumpur atau pasir di dasar perairan. Maknannya terdiri dari organisme penghuni dasar (bentos), detritus yang mengendap, bakteri dan cendawan. Beberapa spesies jenis ini ada yang dapat memisahkan antara bahan makanan dan bukan makanannya. Spesies yang dapat memisahkan bahan makanan akan membuang bahan yang bukan makanan dan akan memakan bahan yang merupakan makanannya. Sebagian spesies penghisap tidak dapat memisahkan antara bahan makanan dan bukan makanan. Dalam keadaan ini, semua bahan yang terhisap akan ditelan seluruhnya. Contoh ikan penghisap antara lain adalah ikan mas tombro.

5.   Ikan parasit
Ikan parasit adalah ikan-ikan yang mendapatkan makanannya dengan jalan menghisap sari makanan dari dalam tubuh ikan atau hewan lain dalam keadaan segar sewaktu ikan korbannya masih hidup. Hewan-hewan korban parisitisme ini disebut hewan inang (hospes). Ikan parasit hinggap pada tubuh hewan inangnya saat menghisap sari makanan. Contoh ikan parasit adalah ikan laut dalam yang disebut ikan pemancing (Creratias sp). Ikan jantan dari jenis ini ukurannya jauh lebiih kecil dari pada ikan betina. Selama hidupnya, ikan jantan menempelkan dirinya pada yang betina sambil menghisap sari makanan.


BAB IV
Daur Hidup Ikan

Ekologi perairan dibagi menjadi 3, yaitu:
1.      Ekologi perairan tawar
-     menggenang (lentik) : kolam, rawa, danau
-     mengalir (lotik) : sungai                      
2.      Ekologi perairan payau
3.      Ekologi perairan laut

4.1 Migrasi
Migrasi Ikan adalah penyebaran ikan dari atau menuju populasinya. Penyebaran ikan dibagi menjadi 2 (dua) macam, yaitu:
-        Emigrasi adalah pemencaran yang menuju keluar populasi
-        Imigrasi adalah pemencaran yang menuju kedalam populasi
Berdasarkan DoD:
1.    Sedentary Species
menetap di dasar perairan pada suatu fase siklus hidup.
contoh: udang, mollusca
  1. Besidence Species
menetap di daerah tertentu.
contoh: ikan ekor kuning di daerah berkarang
a.    Diurnal movement: bergerak naik/turun
contoh: plankton feeder
b.    Tidal movement: bergerak karena pasang surut
contoh: belanak, julung-julung
c.    Random dispersal: bergerak secara acak
d.    Seasonal movement: bergerak karena pengaruh musim
  1. Development Migration
migrasi karena pertumbuhan
a.    Katadromous: ikan yang memijah di pantai sedangkan tumbuh dan dewasa di air tawar/payau.
b.    Anadromous : ikan memijah dan menetas di air tawar, tumbuh dan dewasa di air laut.
  1. Annual Migration
Migrasi tahunan kerena adanya faktor alam seperti musim untuk mencari ikan
  1. Migrasi ke daerah pembesaran dan makanan
Migrasi secra vertikal dan atau horizontzl
contoh: bandeng         setelah menetas larva bandeng ke pantai untuk tumbuh dan mencari makan, pada waktu dewasa kembali ke laut untuk memijah.
  sidat  larva        beruaya secara vertikal pada waktu malam hari bergerak ke atas untuk mendapatkan makan

4.2 Siklus Kehidupan
Siklus hidup ikan meliputi stadia induk, telur, larva, juvenil, remaja, dewasa dan induk.
1.    Induk
Stadia induk adalah ikan yang memiliki kemampuan bereproduksi. Dalam stadia ini, gonad ikan betina sudah dapat memproduksi telur dan gonad ikan sudah dapat memproduksi sperma. Ikan dengan stadia ini sudah dapat melakukan aktivitas reproduksi (pemijahan). Ovulasi adalah proses keluarnya telur dari tubuh induk.
Selain keberadaan telur dan sperma, induk betina dan induk jantan dibedakan berdasarkan keberadaan organ dan ciri-ciri yang tampak dari luar, seperti alat kelamin dan bentuk serta warna tubuh dan sebagainya. Induk ikan betina umumnya memiliki alat kelamin berupa lubang, sedangkan induk ikan jantan berupa tonjolan. Induk ikan betina umumnya juga memiliki perut yang buncit dan bila diraba pada bagian tersebut terasa lembek dan tidak keras, sedangkan induk ikan jantan relatif ramping. Induk ikan jantan beberapa spesies budidaya juga memiliki ciri dan warna tubuh yang khas, seperti dahi yang lebih menonjol (bengkung), sirip punggung yang lebih panjang, warna dan pola warna yang lebih cemerlang dan menarik, serta gerakan yang lebih aktif dan galak.
Induk dalam melanjutkan keturunannya bisa bersifat parental care  atau non-parental care. Induk ikan budidaya yang bersifat parental care adalah induk yang menjaga keturunannya (telur, larva atau benih), sedangkan yang bersifat non parental care adalah induk yang tidak peduli terhadap keturunannya. Induk yang bersifat parental care menjaga keturunannya baik secara pasif maupun secara aktif. Parental care pasif diwujudkan oleh induk dalam bentuk memproduksi telur yang berukuran cukup sebagai sumber energi bagi embrio dan larva  dalam memulai kehidupan. Bentuk parental care pasif lainnya adalah adanya zat racun pada telur sehingga dihindari oleh ikan predator.
Pada parental care aktif, induk jantan maupun induk betina secara aktif menjaga telur, larva atau bahkan adakalanya benih. Sifat penjagaan tersebut dilakukan sejak pemilihan dan penyiapan tempat dan substrat untuk menempelkan telur, mengumpulkan dan membuat sarang hingga mengoksigenasi telur dengan cara mengipasi telur menggunakan sirip dada dan ekor, membersihkan substrat telur dan larva menggunakan mulut dan sirip dada, menjaga dan mengusir tempat yang predator, menginkubasi telur dan larva di dalam mulut (mouth breeder) atau menempatkan telur di tempat yang tersembunyi dan aman. Pada diskus, induk memproduksi mukus yang berlebih di permukaan tubuhnya sebagai makanan bagi larva yang menempel dan berkumpul di salah satu bagian tubuh induk. Dalam stadia demikian, induk diskus seperti menyusui larva dan bahkan benih. Induk yang parental care umumnya menjadi reaktif dan galak ketika sedang mengalami masa pemijahan dan pengasuhan keturunannya.

2.    Telur
Stadia telur (yang dibuahi) adalah hasil dari aktivitas pemijahan ikan dan ketika menetas berubah menjadi stadia larva. Telur ikan setelah keluar dari tubuh induk bersifat melekat (adesif) dan tidak melekat (nonadesif).  Telur yang melekat memiliki lapisan pelekat pada dinding cangkangnya dan menjadi aktif ketika terjadi kontak dengan air. Sifat pelekatan telur dibagi menjadi dua macam, yaitu pada obyek (substrat) dan antar telur sehingga membentuk rumpun atau masa telur. Telur melekat kuat pada substrat sehingga menjadi rusak/koyak ketika dicoba untuk dicabut/diangkat dan kekuatan pelekatan tersebut menjadi berkurang sejalan dengan perkembangan telur (embriogenesis) hingga menetas. Namun demikian, adakalanya telur tidak terlalu kuat melekat pada substrat sehingga dapat lepas dengan mudah oleh gerakan arus air yang lemah sekalipun. Tempat pelekatan (substrat) telur berupa benda keras dan lunak. Substrat benda keras seperti batu, pipa paralon dan kaca akuarium biasanya digunakan untuk penempelan telur ikan siklid seperti ikan diskus, manfish, lauhan, nila dan mujahir. Benda lunak seperti ijuk, akar enceng gondok, daun tanaman air sering digunakan sebagai substrat penempelan telur ikan mas, lele, neon tetra dan mas koki.
Telur yang bersifat tidak melekat dapat dibedakan menjadi beberapa tipe berdasarkan berat jenisnya terhadap air, yaitu mengapung di permukaan air, melayang di dalam kolam air, dan menggelinding di dasar wadah. Telur yang mengapung di permukaan air memiliki berat jenis yang lebih ringan di bandingkan dengan berat jenis air sedangkan telur yang melayang memiliki berat jenis yang sama dengan berat jenis air. Telur yang menggelinding di dasar wadah memiliki berat jenis yang lebih tinggi dibandingkan dengan berat jenis air.
Telur yang dibuahi selanjutnya berkembang menjadi embrio  dan akhirnya menetas menjadi larva, sedangkan telur yang tidak dibuahi (mati) biasanya diserang jamur saprolegnia sehingga membusuk. Lama waktu perkembangan hingga telur menetas menjadi larva tergantung pada jenis (spesies) ikan dan suhu. Untuk keperluan perkembangan, digunakan energi yang berasal dari kuning telur dan kemudian butir minyak. Oleh karena itu kuning telur terus menyusut sejalan dengan perkembangan embrio. Energi yang terdapat dalam kuning telur berpindah ke organ tubuh embrio. Embrio terus berkembang dan membesar sehingga rongga telur menjadi sesak olehnya dan bahkan tidak sanggup lagi mewadahinya maka dengan kekuatan pukulan dari dalam oleh pangkal sirip ekor, cangkang telur pecah dan embrio lepas dari kungkungan menjadi larva. Pada saat itu telur menetas manjadi larva.

3.    Larva
Larva adalah anak ikan yang berukuran sangat kecil dan belum memiliki bentuk morfologi yang definitif (seperti induk). Larva masih dalam proses perkembangan menuju bentuk yang definitif. Pada saat tersebut, larva belum memiliki organ tubuh yang lengkap bahkan organ yang sudah ada pun masih bersifat sederhana (primitif) sehingga belum berfungsi maksimal. larva adalah anak ikan yang memiliki morfologi, anatomi dan fisiologi yang masih sederhana dan terus berkembang menuju kesempurnaan.
Untuk keperluan perkembangan larva lebih lanjut setelah menetas, larva membawa cadangan makanan (energi) dalam bentuk kuning telur dan butir minyak. Larva memanfaatkan cadangan energi tersebut (endogenous feeding) untuk perkembangan organ tubuh, terutama untuk keperluan pemangsaan (feeding) seperti sirip, mata, mulut dan saluran pencernaan. Oleh karena itu, kuning telur dan butir minyak akan menyusut dan habis sejalan dengan perkembangan organ tubuh larva. sebelum kuning telur dan butir minyak tersebut habis, larva diharapkan sudah bisa memangsa dan mengonsumsi serta mencerna pakan dari luar (exogenous feeding). Dengan demikian terjadi tumpang tindih (overlap) antara endogenous feeding dengan exogenous feeding. Apabila terjadi antara (gap) antara endogenous feeding dengan exogenous feeding, kemungkinan besar larva akan mati. Stadia larva merupakan fase yang paling kritis dalam siklus hidup ikan.
Dengan ukuran tubuh yang kecil dan bukaan mulut larva juga kecil, dibutuhkan pakan larva yang berukuran lebih kecil dari bukaan mulut tersebut. Pakan larva ikan umumnya berupa pakan alami, biasanya dari golongan zooplankton.
4.    Benih
Benih adalah anak ikan yang memiliki bentuk tubuh sudah definitif seperti induknya. Benih berbeda dengan induknya dalam ukuran dan tingkah laku reproduksinya saja. Tingkahlaku makan (feeding habits) ikan stadia ini sudah mengarah kepada jenis makanan seperti yang dikonsumsi secara alami oleh induknya. Perilaku makan ikan herbivora sudah mulai tampak pada stadia benih, padahal stadia larva masih bersifat karnivora. Laju pertumbuhan ikan stadia benih mulai meningkat dan akan melesat lebih cepat lagi pada atadiajuvenil.

5.    Juvenil
Juvenil adalah anak ikan yang memiliki bentuk tubuh seperti induknya, tetapi lebih kecil dan organ reproduksinya masih dalam perkembangan sehingga belum berfungsi. Pada stadia ini, laju pertumbuhan ikan berada dalam kecepatan yang maksimum sebelum melambat ketika memasuki stadia dewasa. Hal ini disebabkan hampir seluruh energi yang diperoleh dari makanan digunakan untuk keperluan pertumbuhan daging (somatik).

6.    Dewasa
Berbeda dengan juvenil, organ reproduksi ikan dewasa dan ikan induk sudah berfungsi sehingga berpotensi melakukan aktivitas reproduksi dalam rangka melanjutkan keturunan. Pada stadia ini, laju pertumbuhan daging (somatik) ikan melambat karena sebagian energi yang diperoleh dari aktivitas makan digunakan untuk pertumbuhan reproduktif (generatif) seperti perkembangan, pertumbuhan dan pematangan gonad serta aktivitas dan tingkah laku reproduktif lainnya seperti pencarian pasangan kawin, pertumbuhan dan sebagainya.


BAB V
Reproduksi dan Genetika Sederhana

5.1 Reproduksi
Reproduksi dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu:
(1) Ovipar yaitu cara perkembangbiakan dengan bertelur, contoh ikan lemuru (Sardinella lemuru), ikan mas (cyprinus caprio), ikan lele (Clarias batracus)
(2)    Ovivipar yaitu cara perkembangbiakan dengan beranak, contoh lumba-lumba dan paus
(3)    Ovovivipar yaitu cara perkembangbiakan dengan bertelur beranak, ikan yang berkembang biak dengan cara ini, bertelur dan menetas di dalam tubuh kemudian dikeluarkan setelan menjadi anak. Contoh ikan pari, ikan cucut, guppy, molly.

            Pembuahan (fertilisasi) adalah peristiwa bertemukan sel telur (ovum) dan sperma menjadi zigod. Pembuahan pada ikan bertulang sejati (teleostei) terjadi di luar tubuh (eksternal) sedangkan pada ikan bertulang rawan (elasmobranci) pembuahan terjadi di dalam tubuh (internal).
            Pembuahan ekternal terjadi saat induk betina mengeluarkan telur dikarenakan adanya rangsangan yang berasal dari induk jantan, kemudian induk jantan mengeluarkan sperma. Pada saat lingkungan yang mendukung termasuk suhu perairan yang sesuai, maka sel telur dibuahi oleh sperma. Sel telur dalam keadaan pasif sedangkan sperma yang aktif. Setiap jenis ikan mempunyai waktu yang berbeda-beda dalam perkembangan telur setelah dibuahi sampai menetas. Pada ikan mas, membutuhkan suhu 20-220C dan waktu yang dibutukan selama 3-4 hari. Sedangkan pada ikan terbang hanya membutuhkan waktu 12 jam dengan pembuahan secara internal (proses pembuahannya terjadi di dalam tubuh dan pembuahannya sudah berbentuk sempurna). 
Reproduksi merupakan usaha makhluk hidup untuk dapat melanjutkan kehidupannya dan mempertahankan jenisnya, melalui cara memperbanyak diri atau berkembangbiak.
Pengetahuan tentang perkembangbiakan ikan dan hayati lain yang dibudidayakan harus dikuasai oleh para pembudidaya, khususnya para peternak ikan. Beberapa sifat atau perilaku penting yang patut diketahui adalah umur tercapainya kematangan gonad untuk pertama kali, perbedaan jantan-betina, fekunditas perubahan kelamin, perilaku pemijahan, perkembangan telur dan larva serta serta fisiologi reproduksi. Umur dimana ikan mencapai kematangan gonad untuk pertama kali berbeda-beda menurut jenis ikannya. Jenis ikan-ikan kecil seperti cupang (Betta, sp.), sepat (Trichogaster sp.), akan mulai matang gonad pada umur 4 - 5 bulan dengan ukuran 4,5 - 6 cm. Ikan-ikan tetra kecil dari dari familia Characidae juga mulai matang gonad atau bertelur pada umur 6 bulan. Sebaliknya ikan ukuran besar seperti tiger catfish (Platysoma sp.), ikan alligator baru akan matang gonad setelah umur 2 tahun dengan ukuran lebih dari 50 cm dan bobot 1 - 2 kg. Beberapa jenis ikan konsumsi seprti nila (Tilapia sp.) mulai matang gonad dalam waktu sekitar  3 - 4 bulan, dengan ukuran yang hanya sekitar 15 - 20 cm.
   Ikan mas jantan akan matang gonad pertma pada umur 6 - 7 bulan, sementara yang betina sekitar pada umur 1 tahun dengan ukuran yang lebih besar dari nila yaitu sekitar 25 - 30 cm atau 0,5 - 1,0 kg. Ikan lain yang lebih besar misalnya Pangasius sp. atau gurame baru akan matang gonad pada umur lebih dari 2 tahun, dengan ukuran mencapai hampir 50 cm atau 2 - 3 kg. Ikan bandeng baru matang gonad untuk pertamakalinya pada umur 3 - 4 tahun pada saat ukurannya mencapai berat 3 - 4 kilogram. Umur tersebut dapat diketahui dari pengamatan langsung atau perkiraan dari berat atau panjang ikan. Dengan mengetahui umur matang gonad pertama kali, kita dapat merencanakan ukuran calon-calon induk yang akan dipeliharanya untuk dimatangkan selanjutnya dipijahkan. Kematangan gonad bisa diukur dengan indeks kematangan gonad (gonadal somatic index) atau GSI.

GSI = Bg x 100
                Bb

 
 


GSI       : Indeks kematangan gonad
Bg        : berat gonad (g)
Bb        : berat badan (g)
* Angka GSI dapat diperoleh dari ikan yang mati.    
Biasanya ukuran dan umur akan berkaitan secara linear, dengan demikian derajat kematangan gonad maupun keberhasilan pemijahan akan naik bersamaan dengan naiknya ukuran dan umur induk ikan. Kenaikan akan terjadi sampai pada derajat maksimal untuk kemudian akan turun bersamaan dengan makin tuanya ikan, terutama dalam daya tetas telurnya yang paling cepat penurunannya (Forberg, 1982). Misalnya, ukuran induk pada ikan catfish akan mempengaruhi derajat kematangan gonad serta keberhasilan dalam pemijahannya. Hal ini dikarenakan pada ikan yang ukurannya lebih besar jumlah telurnya akan semakin banyak dengan ukuran telur yang relatif lebih besar pula, sehingga kualitas telurnya biasanya juga lebih baik (Bromage dan Robert, 1995).
Induk muda yang baru mulai bertelur selain jumlah telurnya masih sedikit kualitas spermanya dari yang jantan pun belum cukup baik. Dengan demikian kualitasnya masih belum bagus, sehingga jumlah telur yang menetas atau produksi larvanya masih sedikit (Lam, 1983). Penelitian dari Satyani (2003) terhadap ikan cupang (Betta splenden) menunjukkan bahwa variasi kisaran jumlah telur maupun produksi  larva pada induk yang masih muda juga amat besar, artinya dari setiap induk dengan ukuran yang sama jumlah telur yang dihasilkan  berfluktuasi amat besar (ada yang sudah banyak tetapi ada yang masih amat sedikit). Pada ikan-ikan dengan umur yang lebih tua maka variasi atau kisaran ini akan menyempit.
Ukuran induk saat pertama kali gonad masak/matang atau mulai bertelur yaitu mencapai kedewasaan dipengaruhi oleh faktor lingkungan, terutama pakan. Ukuran induk nantinya juga menentukan ukuran keturunannya.
Membedakan jenis kelamin ikan jantan dan betina untuk banyak jenis ikan mempunyai ciri-ciri yang berbeda. Sebagian memiliki penampakan luar yang agak berbeda antara jantan dan betina. Jantan ikan mujair misalnya, berukuran relatif besar dan warna siripnya merah. Pada udang galah, induk jantan dilengakapi dengan capit yang jauh lebih besar dibanding betinanya, sedangkan udang penaeid jantan memiliki tonjolan pada pasangan kaki renang pertama yang disebut petasma sedangkan betinanya dilengkapi dengan thelycum, alat kelamin berbentuk bulat dan terbelah di tengahnya yang terletak di antara pasangan kaki jalannya yang ke lima. Pada umumnya, untuk menentukan jenis kelamin ikan diperlukan pemeriksaan gonad secara langsung dengan menggunakan alat endoscopy (Crim and Glebe, dalam Schreck and Moyle, 1990) atau memeriksa telurnya dengan menggunakan alat kateter. Alat tersebut digunakan untuk ikan-ikan yang telah dewasa. Pemeriksaan kesiapan memijah dapat pula dilakukan dengan cara pemijatan perut.
Tidak semua jenis ikan memijahkan atau mengeluarkan seluruh telur yang dikandungnya sekaligus. Sebagian jenis ikan mengeluarkan telur secara bertahap. Tampaknya, perilaku tersebut terkait dengan tidak serempaknya kematangan telur. Perilaku pemijahan pada ikan dan udang sangat beragam. misalnya ikan koan memijah di air mengalir, jenis lainnya memijah di dalam kolom air. Selain itu ada jenis ikan yang melekatkan telurnya pada substrat yang ada dalam air, contohnya ikan mas. Ada pula ikan yang membuat sarang sebelum pemijahan. Jantan ikan gurame misalnya, membuat sarang sebelum proses pemijahan berlangsung dan menjaga telur setelah pemijahan. Jenis ikan lain membuat sarang berupa lubang di pematang kolam. Pada jenis-jenis ikan guppy atau ikan seribu induk yang telah kawin tidak akan memijahkan telurnya melainkan akan hamil dan melahirkan anak (Avault, 1996).
Di alam, musim pemijahan ikan berbeda satu sama lain. Ada yang memijah sepanjang tahun, namun ada pula yang musiman. Tampaknya keadaan iklim, khususnya suhu dan lama penyinaran matahari merupakan faktor perangsang pemijahan. Tampaknya proses kembang biak pada ikan juga dipengaruhi oleh ritme dalam tubuhnya. Kematangan gonad pada tingkat umur tertentu dan frekwensi pemijahan dipengaruhi faktor genetik, sehingga cenderung mengikuti pola kejadian alami. Apabila ikan sulit memijah, dapat dirangsang dengan penggunaan hormon, baik berupa hormon yang dihasilkan secara alami, maupun buatan. Hormon alami antara lain hormon yang diambil dari kelenjar hipofisa ikan mas. Hormon tersebut disuntikan ke tubuh resipien yang akan dipijahkan. Ikan masnya sendiri disebut ikan donor. Cara  pemijahan dengan rangsangan tersebut dikenal dengan istilah hipofisasi. Penggunaan hormon alami kurang diminati karena mengorbankan ikan donor. Oleh karena itu, dewasa ini berkembang hormon-hormon komersial produksi pabrik antara lain “Luteinizing Hormone Releasing Hormon” (LHRH) dan “human Chorionik Gonadotropine” (hCG).

5.2 Genetika
Sifat induk yang akan diturunkan kepada anak-anaknya dengan sebaran genetik sesuai dengan hukum Mendel atau hukum keturunan yang cukup kompleks. Azas Mendel ini yang menjadi dasar untuk mendapatkan karakter atau sifat dari induk yang dikehendaki dapat diturunkan ke anaknya agar lebih kuat atau lebih bagus. Pemilihan atau seleksi induk ikan yang dipijahkan akan sangat berperan dalam mendapatkan kualitas keturunannya (Kirpichnikov, 1981).
Produksi dan kualitas hasil pembenihan umumnya dinilai dari daya tetas telur, sintasan maupun pertumbuhan dari larva dan benihnya. Peranan seleksi genetik atau pemilihan keturunan sangat diperlukan, yaitu dalam memilih induk-induk dari  jenis yang unggul. Induk-induk unggul atau superior adalah induk yang akan menghasilkan telur yang banyak, daya tetas tinggi, laju pertumbuhan serta adaya sintasan yang tinggi pula. Biasanya dalam satu jenis ikan yang mempunyai banyak strain atau varietas maka akan dapat dipilih varietas-varietas yang sudah diketahui keunggulannya.
Pengalaman menunjukkan  bahwa hasil penelitian genetika telah memberikan konstribusi yang sangat  nyata dalam peningkatan produksi perikanan. Di Indonesia, aplikasi genetika dalam akuakultur masih sangat terbatas. Kecuali ikan mas dan udang galah (Satyani dan Emawati Hadie, 1996), komoditi lainnya belum tersentu disiplin ilmu tersebut, sehingga hewan akuatik lainnya yang dibudidayakan sebagian besar masih merupakan ikan alami atau belum terdomestikasi. Akibatnya, sifat-sifat yang dimilikinya masih sangat alami yang mengarah pada ketidak pastian di dalam pembudidayaan. Oleh karena itu, domestikasi perlu dilakukan dalam rangka memperbaiki sifat-sifat yang belum terkuasai tersebut melalui proses seleksi, kawin silang, hibridisasi dan bioteknologi.  Kegiatan seleksi pernah dilakukan pada 21 strain ikan mas dan mengasilkan strain-strain unggul Rajadanu, Jojakarta, Sutisna, Domas, Cianjur Wildan, Singaparna, dan Pandegelang (Satyani dan Emawati Hadie, 1996).
Teknik seleksi yang praktis adalah dengan jalan memilih induk-induk yang tampak superior seperti ukuran yang lebih besar, lebih sehat dan lebih bagus di antara induk lain di dalam populasinya.
Metode perkawinan ini dapat dibedakan antara perkawinan sedarah (inbreeding) dan bukan sedarah (Outbreeding). Perkawinan sedarah merupakan perkawinan individu darai keturunan yang sama atau masih satu keluarga misalnya kakak dan adik yang seinduk atau induk dengan anaknya. Sementara outbreeding merupakan pimijahan di luar inbreeding yaitu perkawinan dari hewan satu spesies tetapi tidak dalam keluarga. Ada lagi crossbreeding yang merupakan persilangan antar varietas atau kadang antar spesies.
Kebanyakan hasil inbreeding menghasilkan keturunan lebih jelek dan tidak menguntungkan, seperti penurunan kapasitas reproduksi (fekunditas, atau jumlah telur, daya tetas telur) dan pertumbuhan. Cara mengatasinya adalah dengan perkawinan silang ataupun masal, yang lebih aman dan dapat memberikan keturunan yang lebih baik. Oleh karena itu, pengolahan induk dalam pembenihan untuk menjaga kualitas benihnya dinjurkan agar setiap kali melakukan persilangan diambil ikan dari populasi lain yaitu dengan cara mendatangkan induk dari tempat pembenihan lain untuk dikawin-silangkan dengan induk yang ada.
Pada ikan hias berukuran kecil yang pemijahannya dilakukan secara masal dengan induk berjumlah ratusan ekor seperti ikan platty, koridoras atau rainbow pengaruh inbreeding ini hampir tidak ada. Karena untuk menghindari inbreeding dibutuhkan paling kurang 10 pasang (10 jantan dan 10 betina) untuk dipasangkan secara acak. Kemudian setiap tiga generasi induk ini harus dikawin-silangkan dengan induk lain lagi. Pada induk dengan jumlah terbatas dan pemijahannya dilakukan secara berpasangan Inbreeding ini sering susah untuk dihindari. Terutama pada ikan yang berukuran besar dengan harga mahal dan kapsitas tempat yang terbatas misalnya diskus, alligator, tiger fish yang umumnya peternak hanya mempunyai beberapa pasang induk saja. Untuk mencegah hal ini maka tukar-menukar induk antara peternak amat dianjurkan.
Pada kegiatan kawin silang yang diterapkan pada lele dumbo berhasil memperbaiki pertumbuhan jenis ikan ini. Hasilnya telah dirilis pada tahun 2005 dan diberinama lele sangkuriang. Hibridasi untuk memperoleh turunan yang unggul dalam pertumbuhan, warna dan dominasi kelamin jantan pada ikan nila (Sucipto et al., 2003). Kegiatan domestiikasi tersebut, umumnya membutuhkan koleksi ikan dan fasilitas yang cukup banyak, peralatan yang cukup canggih, serta memakan waktu lama. Beberapa metode hemat waktu antra lain metoda gynogenesis pernah diterapakan pada ikan mas di Indonesia (Sasongko et al., 2003). Hasilnya masih belum memuaskan. Kegiatan kultur jaringan dan alih gen baru pada skala rintisan. Manfaat dari pemahaman, penguasaan dan penerapan ilmu genetika dalam budidaya, tidak terbatas hanya pada kemungkinan melahirkan induk dan benih unggul, namun bermanfaat pula di dalam memproduksi ikan-ikan hibrid yang infertil, monosek, dan mencegah terjadinya berbagai kemunduran mutu dari komoditi yang dipelihara, misalnya tentang akibat perkawinan sekerabat atau “inbreeding”. Perlu diingat bahwa perkawinan sekerabat tidak selalu berakibat buruk. Karakter buruk tersebut baru akan muncul apabila strain atau turunan yang dikawinkan memiliki alel yang juga buruk. Situasi genetik seperti tersebut di atas menuntut adanya manajemen induk yang tepat.
Walupun demikian bagi para peternak ikan hias kadang kala inbreeding sengaja dilakukan. Hal ini karena dari inbreeding ini sering dihasilkan ikan dengan banyak variasi, dari ketajaman warna dan bentuk badan yang aneh sebenarnya mungkin merupakan kecacatan, tetapi disukai hobiis. Ikan tersebut mungkin kelihatan lebih cantik tetapi akan membutuhkan perawatan yang lebih intensif dan teliti, karena biasanya juga lebih rentan terhadap penyakit, pertumbuhannya lambat dan mortalitasnya tinggi. Tetapi ikan-ikan ini nilainya secara ekonomis kadang amat tinggi, sehingga kaidah-kaidah dalam inbreeding seringkali tidak diindahkan oleh para peternak ikan hias.


BAB VI
Organoleptik Test

Memang sangat sulit untuk mempertahankan kesegaran ikan sampai ke tangan konsumen, karena ikan merupakan komoditi yang sangat mudah busuk. Ikan mulai mengalami proses pembusukan sejak pertama kali ditangkap. Adapun yang dimaksud ikan segar adalah ikan yang masih mempunyai sifat sama seperti ikan hidup, baik rupa, bau, rasa maupun teksturnya. Dengan kata lain, ikan segar adalah:
a.    Ikan yang baru saja ditangkap dan belum mengalami proses pengawetan maupun pengolahan lebih lanjut.
b.    Ikan yang belum mengalami perubahan fisik maupun kimiawi atau yang masih mempunyai sifat sama seperti ketika ditangkap.
Pemeriksaan mutu dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:
1.    Pemeriksaan di laboratorium
Pemeriksaan secara fisika, kimia dan mikrobiologis dapat dilakukan di laboratorium. Cara pemeriksaan ini memerlukan peralatan dan biaya yang relatif mahal dan hanya dapat dikerjakan oleh petugas laboratorium.
2.    Pemeriksaan dengan menggunakan peralatan seperti freshness measure, electric freshness dan sebagainya.
3.    Pemeriksaan organoleptik
Cara organoleptik adalah cara penilaian dengan hanya menggunakan indera manusia. Cara ini sangat tepat, murah dan praktis untuk dikerjakan, tetapi ketelitiannya sangat tergantung dari tingkat kepandaian orang yang melaksanakannya. Jadi cara pemeriksaan organoleptik bersifat subyektif.
Dengan cara organoleptik, yang relatif murah dan cepat, ikan yang busuk dapat dibedakan dari ikan segar dengan melihat ciri-ciri ikan segar dan ikan yang mulai membusuk berikut:
No
Bagian yang diamati
Ciri ikan segar
Ciri ikan busuk
1.
Mata
Cerah, bening, cembung, menonjol
Pudar, berkerut, cekung, tenggelam
2.
Insang
§  Insang berwarna merah sampai merah tua, terang dan lamella insang terpisah
§  Insang tertutup oleh lendir berwarna terang dan berbau segar seperti bau ikan
§  Insang berwarna coklat suram atau abu-abu dan lamella insang berdempetan
§  Lendir insang keruh dan berbau asam, menusuk hidung
3.
Warna
terang, lendir bening
Pudar, lendir kelabu
4.
Bau
segar, seperti bau laut
Asam, busuk
5.
Daging
§  Daging kenyal, menandakan rigor mortis masih berlangsung
§  Daging dan bagian tubuh lain berbau segar
§  Bila daging ditekan dengan jari tidak tampak bekas lekukan
§  Daging melekat kuat pada tulang
§  Daging perut utuh dan kenyal
§  Warna daging putih
§  Daging lunak, menandakan rigor mortis telah selesai
§  Daging dan bagian tubuh lain mulai berbau busuk
§  Bila ditekan dengan jari tampak bekas lekukan
§  Daging mudah lepas dari tulang
§  Daging lembek dan isi perut sering keluar
§  Daging berwarna kuning kemerah-merahan terutama di sekitar tulang punggung
6.
Sisik
Menempel kuat pada tubuh sehingga sulit dilepas
Sisik mudah terlepas dari tubuh
7.
Dinding perut
Utuh, elastis
Menggelembung, pecah, isi perut keluar, lembek
8.
Kulit
§  Warna kulit terang dan jernih
§  Kulit masih kuat membungkus tubuh, tidak mudah sobek
§  Warna-warna khusus yang ada masih terlihat jelas
§  Kulit berwarna suram, pucat dan berlendir banyak
§  Kulit mulai terlihat mengendur di beberapa tempat tertentu
§  Kulit mudah robek dan warna-warna khusus sudah hilang
9.
Keadaan utuh
Tenggelam di air
terapung (bila sudah sangat busuk)

Proses perubahan pada tubuh ikan terjadi karena adanya aktivitas enzim, mikroorganisme atau oksidasi oksigen. Setelah ikan mati, berbagai proses perubahan fisik maupun kimiawi berlangsung lebih cepat. Semua perubahan ini akhirnya mengarah ke pembusukan. seluruh permukaan ikan yang sedang mengalami proses pembusukan dipenuhi lendir.



0 komentar:

Posting Komentar

:) :)) ;(( :-) =)) ;( ;-( :d :-d @-) :p :o :>) (o) [-( :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ $-) (b) (f) x-) (k) (h) (c) cheer
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.