Millennium
Development Goals (MDGs) atau dalam bahasa Indonesia
diterjemahkan menjadi Tujuan Pembangunan Milenium, adalah sebuah paradigma
pembangunan global, dideklarasikan Konferensi Tingkat Tinggi Milenium oleh 189
negara anggota Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di New York pada bulan
September 2000. Dasar hukum dikeluarkannya deklarasi MDGs adalah Resolusi
Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa Nomor 55/2 Tangga 18 September 2000,
(A/Ris/55/2 United Nations Millennium
Development Goals)
Deklarasi berisi komitmen
negara masing-masing dan komunitas internasional untuk mencapai 8 buah sasaran
pembangunan MDGs sebagai satu paket tujuan yang terukur untuk pembangunan dan
kesejahteraan rakyat. Semua negara yang hadir dalam pertemuan tersebut juga
berkomitment untuk mengintegrasikan MDGs sebagai bagian dari program
pembangunan nasional dalam upaya menangani penyelesaian terkait dengan isu-isu
yang sangat mendasar tentang pemenuhan hak asasi dan kebebasan. Organisasi
Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) bekerja dengan komunitas
internasional untuk pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs).
Menuru Peter, Stalker (2008)
Pengertian Millennium Development Goals (MDGs) atau dalam bahasa Indonesia
diterjemahkan menjadi "Tujuan Pembangunan Milenium", adalah sebuah
paradigma pembangunan global yang dihasilkan dari kesepakatan antar kepala
negara beserta perwakilan dari 189 negara anggota Perserikatan Bangsa-bangsa
(PBB) di kota New York, Amerika Serikat pada bulan September tahun 2000. Semua
negara yang hadir dalam pertemuan tersebut berkomitmen untuk mengintegrasikan
MDGs sebagai bagian dari program pembangunan nasional dalam rangka menangani
penyelesaian terkait dengan isu-isu yang sangat mendasar tentang pemenuhan hak
asasi, kebebasan manusia, perdamaian, keamanan, dan pembangunan.
Deklarasi ini adalah
kesepakatan anggota PBB mengenai sebuah paket arah pembangunan global yang
dirumuskan dalam beberapa tujuan MDGs, yaitu sebagai berikut:
-
Menanggulangi kemiskinan serta kelaparan
-
Mencapai Pendidikan dasar untuk semua
kalangan
-
Mendorong kesetaraan gender serta
pemberdayaan perempuan
-
Menurunkan angka kematian pada Anak
-
Meningkatkan kesehatan Ibu
-
Memerangi penyakit HIV/AIDs, malaria serta
penyakit menular lainnya
-
Memastikan kelestarian lingkungan hidup
-
Membangun kemitraan global untuk pembangunan
Setiap negara yang
berkotmitmen dan menandatangani perjanjian diharapkan membuat laporan MDGs.
Pemerintah Indonesia melaksanakannya dibawah koordinasi Bappenas dibantu dengan
Kelompok Kerja PBB dan telah menyatakan laporan MDG pertamanya yang ditulis
dalam bahasa Indonesia dan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris untuk
menunjukan rasa kepemilikan pemerintah indonesia atas laporan tersebut. Tujuan
Pembangunan Milenium ini menjabarkan upaya awal pemerintah untuk
menginventarisasi situasi pembangunan manusia yang terkait dengan pencapaian
tujuan MDGs, mengukur dan menganalisa kemajuan seiring dengan upaya menjadikan
pencapaian pencapaian menjadi kenyataan, sekaligus mengidentifikasi dan
meninjau kembali kebijakan-kebijakan dan program-program pemerintah yang
dibutuhkan untuk memenuhi tujuan in. Dengan tujuan utama mengurangi jumlah
orang dengan pendapatan dibawah upah minimum regional antara tahun 1990 dan
2015. Laporan ini menunjukan bahwa indonesia berada dalam jalur untuk mencapai
tujuan tersebut, namun pencapaiannya lintas provinsi tidak seimbang
Tahun 2012 telah
dideklarasikan sebagai countdown (hitung mundur) tahap akhir pencapaian MDGs.
Tahapan ini penting untuk mengevaluasi dan menilai seberapa jauh capaian
negaranegara anggota PBB dalam upaya global penanggulangan kemiskinan, seperti
yang telah dideklarasikan dalam Millennium Development Goals. Secara reguler,
PBB juga telah menyelenggarakan Millennium+10 Summit pada bulan September 2010
dan menghasilkan sejumlah dokumen dan komitmen untuk mengakselerasi pencapaian
MDGs di tahun 2015. Evaluasi periodik dalam UN Millennium+ 10 tahun 2010 yang
menghasilkan dokumen berjudul ”Keeping the Promise: United to Achieve the
Millennium Development Goals” masih tetap mengeluarkan sejumlah janji yang
memerlukan kerja ekstra keras untuk mencapainya pada tahun 2015.
Menurut Budhis, Utami (2015)
Dalam berbagai laporan regional dan global, Indonesia merupakan salah satu
negara dengan tingkat keberhasilan yang kurang memuaskan dalam mencapai MDGs. Berkali-kali,
dalam Progress Report MDGs kawasan Asia dan Pasifik, Indonesia masih masuk
kategori negara yang lamban langkahnya dalam mencapai MDGs pada tahun 2015.
Sumber kelambanannya ditunjukkan dari masih tingginya angka kematian ibu melahirkan,
belum teratasinya laju penularan HIV-AIDS, makin meluasnya laju deforestasi,
rendahnya tingkat pemenuhan air minum dan sanitasi yang buruk serta beban utang
luar negeri yang terus menggunung (MDGs Progres Report in Asia and the Pacific,
UNESCAP, 2010). Fakta muram ini juga diperkuat dengan makin merosotnya kualitas
hidup manusia Indonesia sebagaimana yang dilaporkan di Human Development Index
(Indeks Pembangunan Manusia/IPM). Untuk menanggapi hal tersebut, pemerintah
Indonesia telah melakukan berbagai upaya yang strategis. Peta jalan untuk
percepatan pencapaian MDGs di Indonesia telah dituangkan dalam Peraturan
Presiden Nomor 15 Tahun 2010 mengenai Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.
Indikator
Keberhasilan Pembangunan Sektor Perikanan
Indikator keberhasilan pembangunan
perikanan adalah penurunan kemiskinan. Ini berarti bahwa, dengan memahami
kemiskinan dan akar penyebabnya, keberhasilan pembangunan dapat diukur. Salah
satu sektor pembangunan yang masih menanggung beban kemiskinan yang besar
adalah perikanan dan kelautan. Penanggulangan kemiskinan nelayan sering menemui
kesulitan, karena perikanan merupakan suatu sistem yang sangat kompleks.
Kemiskinan nelayan, berkaitan dengan penurunan hasil tangkapan dan kerusakan
ekosistem perairan, yang pada hakikatnya merupakan suatu proses sebab akibat
yang tidak dapat terpisahkan. Dengan demikian, proses pembangunan perikanan
perlu memperhatikan keterkaitan subsistem tersebut secara bersama-sama.
Sebagai indikator
keberhasilan pembangunan perikanan, kemiskinan nelayan pada dasarnya mengandung
multidimensi aspek (Tain, 2011), tetapi bila ditinjau dari penyebabnya,
kemiskinan nelayan dibedakan menjadi tiga, yaitu kemiskinan struktural, kemiskinan
superstruktural dan kemiskinan kultural (Nikijuluw, 2001). Kemiskinan struktural,
merupakan kemiskinan yang disebabkan karena pengaruh faktor atau variabel
eksternal diluar individu nelayan, yaitu struktur sosial ekonomi masyarakat,
ketersediaan insentif atau disinsentif pembangunan, ketersediaan fasilitas
pembangunan, ketersediaan teknologi dan ketersediaan sumberdaya pembangunan
khususnya sumberdaya alam. Adapun kemiskinan superstruktural adalah kemiskinan
yang disebabkan karena variabel-variabel kebijakan makro yang tidak begitu kuat
berpihak pada pembangunan nelayan.
Variabel-variabel tersebut
diantaranya kebijakan fiskal, kebijakan moneter, ketersediaan hukum dan
perundang-undangan, kebijakan pemerintahan yang diimplementasikan dalam proyek
dan program pembangunan yang melekat, inheren dan menjadi gaya hidup nelayan
(kultural). Pada sisi yang lain, ada beberapa aspek kultural yang menyebabkan
nelayan sulit keluar dari kemiskinan karena ketidaksadaran atau
ketidaktahuannya. Beberapa variabel kemiskinan kultural adalah tingkat
pendidikan, pengetahuan, adat, budaya, kepercayaan, kesetiaan pada
pandangan-pandangan tertentu serta ketaatan pada panutan. Kemiskinan kultural
ini sulit diatasi terutama karena pengaruh panutan (baik yang bersifat formal,
maupun informal) yang sangat menentukan keberhasilan upaya-upaya pengentasan
kemiskinan kultural. Dibawah ini Skema Indikator Metrik Terkait
Tujuan pembangunan kelautan
dan perikanan adalah pembangunan kelautan dan perikanan yang Berdaya saing dan
berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat, adalah sebagai berikut
1.
Meningkatkan Produksi dan Produksivitas Usaha
Kelautan dan Perikanan. Pencapaian tujuan ini ditandai dengan:
-
Meningkatkan peran sektor kelautan dan
perikanan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional;
-
Meningkatkan kapasitas sentra-sentra produksi
kelautan dan perikanan yang memiliki komoditas unggulan;
-
Meningkatkan pendapatan.
2.
Berkembangnya Diversifikasi dan Pangsa Pasar
Produk Hasil Kelautan dan Perikanan. Pencapaian tujuan ini ditandai dengan:
-
Meningkatkan ketersediaan hasil kelautan dan
perikanan;
-
Meningkatkan branding produk perikanan dan
market share di pasar luar negeri;
-
Meningkatkan mutu dan keamanan produk
perikanan sesuai standar.
3.
Terwujudnya Pengelolaan Sumber Daya Kelautan
dan Perikanan secara Berkelanjutan. Pencapaian tujuan ini ditandai dengan:
-
Terwujudnya pengelolaan konservasi kawasan
secara berkelanjutan;
-
Meningkatnya nilai ekonomi pulau-pulau kecil;
-
Meningkatnya luas wilayah perairan Indonesia
yang diawasi oleh aparatur pengawas Kementrian Kelautan dan Perikanan.
Indikator capaian yang didapat adalah:
1.
Meningkatnya peranan sektor kelautan dan
perikanan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Indikator Kinerja Utama (IKU)
pencapaian sasaran strategis ini adalah meningkatnya persentase pertumbuhan
Produk Domestik Bruto (PDB) perikanan.
2.
Meningkatnya kapasitas sentra-sentra produksi
kelautan dan perikanan yang memiliki komoditas unggulan. Indikator Kinerja
Utama (IKU) pencapaian sasaran strategis ini adalah meningkatnya produksi perikanan
tangkap, perikanan budidaya, dan garam rakyat.
3.
Meningkatnya pendapatan. Indikator Kinerja
Utama (IKU) pencapaian sasaran strategis ini adalah meningkatnya Nilai Tukar
Nelayan/Pembudidayaan Ikan.
4.
Meningkatnya ketersediaan hasil kelautan dan
perikanan. Indikator Kinerja Utama (IKU) pencapaian sasaran strategis ini
adalah meningkatnya konsumsi ikan per kapita.
5.
Meningkatnya branding produk perikanan dan
produk perikanan dan market share di pasar luar negeri. Indikator Kinerja Utama
(IKU) pencapaian sasaran strategis ini adalah meningkatnya nilai ekspor hasil
perikanan.
6.
Meningkatnya mutu dan keamanan produk
perikanan sesuai standar. Indikator Kinerja Utama (IKU) pencapaian sasaran
strategis ini adalah menurunnya jumlah kasus penolakan ekspor hasil perikanan
per negara mitra.
7.
Terwujudnya pengelolaan konservasi kawasan
secara berkelanjutan. Indikator Kinerja Utama (IKU) pencapaian sasaran
strategis ini adalah tugas Kawasan Konservasi Perairan yang dikelola secara
berkelanjutan.
8.
Meningkatnya nilai ekonomi pulau-pulau kecil.
Indikator nKinerja Utama (IKU) pencapaian sasaran strategis ini adalah jumlah
pulau-pulau kecil, termasuk pulau-pulau kecil terluar yang dikelola.
9.
Meningkatnya luas wilayah perairan Indonesia
yang diawasi oleh aparatur pengawas Kementrian Kelautan dan Perikanan.
Indikator Kinerja Utama (IKU) pencapaian sasaran trategis ini adalah persentase
wilayah perairan bebas illegal fishing dan kegiatan yang merusak SDKP
Menuru Tain, A (2011) Pembangunan
kelautan dan perikanan adalah pembangunan kelautan dan perikanan yang Berdaya
saing dan berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat.
Pembangunan
Sektor Perikanan Menunjang Keberhasilan MDGs
Ikan sudah memberikan
kontribusi penting bagi keamanan pangan dan gizi 200 juta orang dan memberikan penghasilan
bagi lebih dari 10 juta nelayan, petani dan pengusaha skala kecil yang terlibat
dalam produksi, pemrosesan, dan perdagangan ikan. Selain itu, ikan telah
menjadi komoditas ekspo, dengan nilai ekspor yang cukup tinggi. Namun manfaat
ini beresiko karena eksploitasi stok ikan alami telah mencapai batas, manajemen
perikanan dan perdagangan semakin menargetkan pasar global, dan akuakultur
belum memenuhi potensinya sebagai sumber utama pasokan ikan untuk benua. Ini
adalah tantangan yang luar biasa, tetapi juga kesempatan untuk memanfaatkan
sumber daya manusia dan fisik yang ada untuk mengembangkan ekonomi ikan yang
berkelanjutan di benua ini. Dengan memanfaatkan peluang ini, ada potensi besar
untuk investasi dalam pengembangan perikanan untuk memberikan kontribusi vital
dalam memenuhi MDGs..
Kontribusi perikanan untuk
MDGs ada dua jenis: kontribusi langsung ke tujuan spesifik dan dukungan tidak
langsung untuk semua tujuan melalui peningkatan mata pencaharian. Ini adalah
kekuatan perikanan, dan khususnya perikanan skala kecil, yang memungkinkan
jutaan nelayan miskin, pengolah dan pedagang untuk mendiversifikasi strategi
mata pencaharian mereka berdasarkan pendapatan dan keterampilan komersial
sementara pada saat yang sama memasok sejumlah besar orang miskin konsumen
dengan nutrisi penting.
Memberantas kemiskinan ekstrem dan kelaparan
-
90% dari nelayan miskin dan 1 miliar orang
mengandalkan ikan sebagai miliknya sumber protein utama
-
Mempekerjakan perikanan skala kecil lebih
dari 32 juta orang (90% pekerja ikan)
-
Memancing adalah keamanan sosial bersih untuk
banyak dari yang termiskin dalam masyarakat
-
Menggabungkan berkelanjutan manajemen
perikanan dan memancing komunitas pembangunan nasional dan strategi pengentasan
kemiskinan adalah intervensi utama
Mencapai pendidikan dasar universal
-
Kemiskinan dan penghasilan tidak teratur
adalah penyebab utama pendidikan rendah pencapaian
-
Tingkat kehadiran di sekolah lebih tinggi wanita
memiliki penghasilan mandiri
-
Mendukung pendapatan wanita melalui
keterlibatan dalam perikanan dan akuakultur telah meningkatkan pengeluaran tentang
pendidikan anak
Mempromosikan kesetaraan gender dan memberdayakan
perempuan
-
Perempuan adalah peserta kunci di perikanan
skala kecil sektor di seluruh dunia
-
Sekitar 5 juta wanita di Indonesia memperoleh
penghasilan dari perdagangan ikan
-
Melibatkan wanita dalam skala kecil tambak
dan perikanan berbasis masyarakat manajemen menjadi faktor kunci keberhasilan
Mengurangi angka kematian anak
-
Sekitar 40% kematian dikaitkan dengan
kekurangan gizi
-
Ikan adalah sumber utama nutrisi penting, terutama
bagi orang miskin
-
Asam lemak omega-3 tidak cukup dari ikan
dikaitkan dengan berat lahir rendah dan gangguan fungsi otak
Tingkatkan kesehatan ibu
-
Konsumsi ikan selama kehamilan dan laktasi
meningkatkan nutrisi dan kesehatan status ibu
-
Bahkan proporsi yang signifikan wanita hamil
beresiko asupan DHA yang tidak memadai dari ikan
-
Peningkatan nutrisi berkurang kerentanan
terhadap penyakit
Memerangi HI V / AIDS, malaria dan lainnya penyakit
-
Komunitas nelayan memiliki tingkat HIV / AIDS
tertinggi di Afrika
-
Komunitas nelayan adalah strategi kunci titik
masuk untuk dukungan HIV / AIDS
-
Budidaya skala kecil di Afrika pertanian
mengurangi beban tenaga kerja di Indonesia Rumah tangga terdampak AIDS dan
membaik nutrisi
Pastikan lingkungan keberlanjutan
-
Banyak ikan vital sumber daya dieksploitasi
secara berlebihan disebabkan oleh kurang tepat rezim manajemen
-
Degradasi habitat kompromi produktivitas
banyak sistem perikanan
-
> 58% terumbu karang sekarang rusak atau dihancurkan
-
Akuakultur bergantung semakin banyak ikan makan
sebagai input
Kembangkan global kemitraan untuk
pengembangan
-
Kemitraan dagang memiliki potensi tinggi
sebagai kendaraan untuk mencapai
-
Tujuan Milenium Untuk 11 orang produk ikan
negara berkontribusi lebih dari 10% total nilai ekspor
-
Perdagangan ikan Utara-Selatan tumbuh sebesar
45% dari 1990 - 2000 dan di $ 18 miliar melebihi lebih tradisional expor
pertanian
Menurut Budhis, Utami (2015)
MDG didukung melalui berbagai program di tingkat nasional, regional dan global.
Walaupun tidak terlalu dalam dalam mengidentifikasi perikanan sebagai sektor
investasi, terbukti ini menjadi tujuan sebagian bergantung pada pengembangan
perikanan yang kuat dan berfokus pada kemiskinan. Kontribusi langsung dari
perikanan ke PDB sangat tinggi. Namun, di beberapa daerah dengan perikanan
pedalaman artisanal yang kuat, manfaat bagi perekonomian nasional tersebar
melalui sejumlah besar produsen skala kecil. Ini, bagaimanapun, membentuk
tulang punggung banyak ekonomi lokal dan menghasilkan pendapatan besar bagi
pemerintah daerah. Mencakup produksi ikan artisanal dan perdagangan ekspor
industri.
Sumber:
Budhis, Utami. 2015. Mengisi Kesenjangan: Good Governance dan MDGs Di Delapan Provinsi
Indonesia. Institut Kapal Perempuan-Ace-Jari Indonesia-Kemitraan Partnership
James L. Anderson. 2015. The Fishery Performance Indicators: A Management Tool for Triple Bottom
Line Outcomes. PLOS ONE | DOI:10.1371/journal.pone.0122809
Nikijuluw VPH. 2001. Aspek Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir
dan Strategi Pemberdayaan Mereka dalam Konteks Pengelolaan Sumberdaya Pesisir
Secara Terpadu. di dalam Bengen, D. (editor) Prosiding Pelatihan Pengelolaan
Wilayah Pesisir Terpadu, Kerjasama CRC-URI dengan PKSPL IPB.
Peter, Stalker. 2008. Millennium
Development Goals. Dukungan Data dan Statistik: Badan Pusat Statistik (BPS)
Tain, A. 2011. Penyebab kemiskinan Rumah Tangga Nelayan
di wilayah Tangkap Lebih Jawa Timur. Jurnal Humanity
0 komentar:
Posting Komentar